Diabetes merupakan penyakit kronis yang sebenarnya dapat dicegah kemunculannya. Penyakit ini timbul terkait gaya hidup tidak sehat di tengah arus deras modernisasi. Diabetes sebenarnya dapat diperlambat atau ditunda kemunculannya. Caranya? Lakukan segera modifikasi gaya hidup, pengaturan makanan, dan perbanyak aktivitas fisik.

Bagi pasien yang sudah terkena diabetes perlu melakukan upaya pencegahan komplikasi kronis dengan cara mengendalikan kadar gula darah semaksimal mungkin, mengendalikan tekanan darah, kolesterol, dan berat badan. Baik dengan edukasi pengendalian berat badan, perubahan gaya hidup sehat, obat-obatan sampai pemberian insulin diharapkan dapat mengendalikan gula darah.

Data International Diabetes Federation tahun 2013 menyebutkan, penderita diabetes di dunia mencapai 382 juta orang dengan 46 persen di antaranya tidak terdiagnosa. Penderita diabetes di Asia Pasifik terdapat 72 juta jiwa, dengan kemungkinan pada 2035 terjadi peningkatan penderita diabetes sebesar 70,6 persen.

Kepala Divisi Endokrinologi Departemen Penyakit Dalam FKUI-RSCM dr Em Yunir SpPD-KEMD mengatakan, saat ini diperlukan pendekatan individualisasi dalam tata laksana diabetes, dimana
google
pasien harus dilihat secara perorangan dan semua tata laksana yang dilakukan harus disesuaikan dengan latar belakang kondisi masing-masing pasien. Antara lain lamanya menderita diabetes, angka harapan hidup pasien, penyakit penyerta, komplikasi yang sudah muncul, kemampuan pasien untuk melakukan pengobatan, serta sistem jaminan kesehatan yang berlaku. "Sehingga, tidak secara umum semua pasien diberikan obat yang sama," ungkap dia, di Jakarta, belum lama ini.

Dr Yunir menambahkan, sejak diberlakukannya era BPJS pada Januari 2014, banyak permasalahan yang muncul dalam penatalaksanaan diabetes. Permasalahan ini antara lain terjadi pada sistem pelayanan belum optimal, sosialisasi yang kurang sehingga banyak peraturan-peraturan yang terkesan tidak sama antar daerah/provinsi.

Masalah yang dijumpai pada pasien antara lain sistem rujukan berjenjang yang dirasakan makin memperpanjang proses yang ditempuh oleh seorang pasien untuk mendapatkan pengobatan, ketersediaan obat yang terkadang tidak bisa terpenuhi. Serta sistem limitasi biaya yang menyebabkan pasien harus berulang kali datang ke rumah sakit rujukan untuk satu kasus yang dihadapinya.

"Ditambah lagi pasien yang pernah menjadi pasien Askes dimana rujukannya dianggap lebih mudah menjadi saat ini terasa lebih sulit," jelas dia.

Bagi dokter, lanjut dia, permasalahan yang timbul antara lain jumlah kunjungan yang semakin berlipat sehingga menyebabkan jam kerja menjadi panjang. Informasi sistem yang belum sepenuhnya dikuasai, sistem rujukan balik (untuk pasien yang sudah stabil) belum optimal. Pada pihak BPJS sendiri banyak petugas atau staf mereka yang belum mengerti sistem yang mereka buat.

Sedangkan permasalahan yang dihadapi di rumah sakit adalah peningkatan jumlah kunjungan sampai beberapa kali lipat sehingga diperlukan sarana-sarana penunjang untuk melengkapi kebutuhan.

"Diharapkan masyarakat dapat mengerti keterbatasan tersebut. Walaupun dengan berbagai keterbatasan,
kondisi ini tetap dalam evaluasi sehingga dapat diupayakan berbagai macam perbaikan menuju optimalisasi sistem BPJS sampai tahun 2019 sehingga seluruh masyarakat dapat terdaftar dalam JKN," tutup dia.

suarasehat . com

0 komentar:

Posting Komentar

 
Top